Perjalanan di Tahun 2019

Jendela di Trans Jakarta terlihat sangat berembun dari dalam sini. Kuurungkan niatku untuk melihat pemandangan di sekitaran kota Jakarta, di mana pada saat itu banjir sedang melanda ibu kota dengan berbagai macam hiruk pikuk di dalamnya. Ah, rasanya turut berduka cita atas terjadinya banjir di awal tahun 2020 ini. Awal tahun dibuka dengan genangan yang mengerumuni jalanan dan rumah-rumah warga. Semoga segera surut dan aktifitas kembali berjalan seperti biasa. Doaku selalu menyertai Jakarta.

Sedang di dalam sini, di dalam sukma yang terdalam menyalakan kenangan demi kenangan yang menjalar ke dalam pikiran. Deras sekali layaknya air hujan yang turun dari atas langit. Aku tak bisa menahannya, aku pasrah dibuat lengah oleh sekelebat atau bahkan sejuta kenangan yang telah aku lalui selama tahun 2019 lalu. Begitu banyak kenangan yang membludak dan ingin segera dikeluarkan dari dalam sini, di Trans Jakarta. Aku tidak bisa, benar-benar tidak bisa. Sebab, aku tidak ingin berpikir dan melamun terlalu lama di dalam Trans Jakarta karena takut salah halte.

------

Sidang Skripsi

Aku tidak akan pernah lupa tawaan serta candaan teman-temanku kala menghadiri sidang skripsiku pada tanggal 26 April 2019. Di dalam tawa seakan-akan menghadirkan beribu makna yang hendak aku kurung di dalam sangkar yang begitu besar. Barangkali sedih akan risau ketika hendak hadir di acara sidang skripsiku. Tidak kusangka, aku akhirnya berhasil menyelesaikan kuliahku di Sastra Indonesia Universitas Diponegoro yang kurang lebih telah berjalan selama 4 tahunan (ya 4 tahun lebih 10 atau 11 bulan sih). Usaha demi usaha yang telah aku lakukan akhirnya berbuah hasil juga--memakai kemeja putih dan celana hitam.

Di awal tahun 2019 aku sempat pasrah dan bingung karena skripsi tak kunjung jua selesai. Berbagai proses telah aku lewati mulai dari stand by di kampus dari jam 09.00-16.00 WIB, ditolak oleh dosbing, direvisi, dosbing susah dicari, hingga dimarah-marahi oleh dosbing, semuanya aku lewati dengan keyakinan bahwa aku akan dapat melalui semua ini. Sempat terbesit di dalam pikiran untuk menyerah saja dan berhenti dari semua kebisingan skripsi. Namun, bukankah itu tak seharusnya aku lakukan? Sebab, di balik ini semua ada yang menanti dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa aku dapat menyelesaikan semua ini--ibu.

Aku percaya bahwa proses selalu menjadikan kita sebagai orang yang lebih dewasa. Rasanya menikmati proses memang sangat susah. Namun, lagi-lagi aku percaya bahwa apabila kita dapat menikmati proses, maka segalanya akan berjalan dengan ringan dan tanpa beban. Mengalir layaknya angin yang berhembus melewati sela-sela hidung dan bibir. Tak pernah percaya sampai saat ini bahwa aku dapat melewati semua itu--sidang skripsi. Namun, siapa sangka bahwa aku benar-benar telah berhasil melewatinya? Semua hanya tentang bagaimana kita berusaha dan bertawakkal, selebihnya biar tangan Tuhan dan semesta yang bekerja. Ibuku pernah bilang, bahwa tangan Tuhan memiliki peran yang penting dalam semua proses yang kita hadapi dan lalui. Entah jadinya akan seperti apa, itulah yang terbaik untuk kita, pada nantinya. Sebab kegagalan adalah hal yang biasa, bagi mereka yang mau mencoba. Direvisi, tentu sedih, dicoret-coret memakai pulpen warna merah, tambah sedih. Nyala api boleh mengecil, namun jangan sampai padam.

Akhirnya, aku dapat menyelesaikan skripsiku yang berjudul Hibriditas Budaya Pada Tokoh Utama Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

Mewujudkan Impian Dari 2 Atau 3 Tahun Yang Lalu: Naik Gunung Semeru

Salah satu hal yang patut aku apresiasi terhadap diri sendiri pada tahun ini adalah: Aku akhirnya berhasil berdiri di atap pulau Jawa, Gunung Semeru. Haru, sedih, bangga, senang, semuanya bercampur aduk saat menapakkan kaki di puncak Semeru. Pada awalnya aku memang sempat hendak menyerah dan memutuskan untuk tidak naik ke puncaknya. Namun bersama teman saya, Faisal Rahman, kami akhirnya memberanikan diri untuk naik ke puncak dengan tekad yang bulat. Kami menumpang rombongan lain agar tidak berdua saja saat menuju puncak. Jujur aku sangat takut pada waktu itu; jam 1 dini hari memulai pendakian dengan kondisi tubuh yang menggigil akibat cuaca yang sangat dingin. Namun, pada akhirnya perlahan-lahan aku memberanikan diri untuk menghadapi rasa takut terhadap diri sendiri. 

Rasa takut selalu menghantui setiap orang yang akan melangkah. Aku selalu berpikiran bahwa apabila kita terus berdiri di bawah bayang-bayang rasa takut, maka kita tidak akan pernah berjalan dan hanya berhenti di satu titik. Mungkin apabila aku tidak berhasil mengatasi rasa takutku pada kala itu saat hendak menaiki puncak Semeru, aku saat ini akan menyesal sedalam-dalamnya dan menyalahkan diri sendiri atas rasa takutku. Begitu besar rasa takut yang dialami oleh manusia, namun aku menyadari bahwa rasa keberanian kita lebih besar daripada rasa takut.

Seketika saat sudah sampai di puncak Semeru bersama Faisal, rasa haru dan banggaku sudak tidak  tertahan lagi. Terima kasih, Semeru, terima kasih Faisal yang sudah menemaniku melakukan pendakian kala itu. Untuk yang belum membaca ceritaku di Semeru, dapat dibaca di sini (part 1) dan di sini (part 2)

foto di puncak Semeru


Wisuda!!!

Setelah penantian tahun demi tahun, akhirnya aku berada di dalam Gedung Proef Soedarto dinobatkan sebagai alumni Universitas Diponegoro pada bulan Agustus 2019. Entah rasa apa yang  ada di dalam tubuhku saat itu. Bercampur aduk menyibak segala kabut yang bersemayam di dalam hatiku. Ah, terima kasih Undip, terima kasih segala yang berada di dalamnya. 

Aku rasa ini merupakan perjalananku yang sesungguhnya. Dilepas statusnya sebagai mahasiswa dan akan menjalani kehidupan-kehidupan yang tentunya sudah menanti di depan. Aku merasakan kekosongan yang teramat dalam setelah wisuda. Malam harinya, aku termenung cukup lama, ada kali sekitar 5 menitan. Aku berpikir tentang masa depan, aku akan menjadi apa? Jalan apa yang sudah terpampang nyata di depan sana? Aku hendak mengambil jalan yang mana? Atau sudahkah aku menentukan jalan? Berbagai pertanyaan menghinggapi otakku pada malam pasca wisuda. Aku tak tahu, aku tak bisa menjawabnya saa itu juga. Aku hanya merasakan kekosongan serta kehampaan.

Pertama Kalinya Nonton Synchronize Fest

Sudah lama aku ingin merasakan atmosfir festival musik yang besar. Di Indonesia memang sudah banyak sekali festival-festival musik, seperti La La La Fest, We The Fest, Soundrenaline, Hellprint, DWP dsb. Cuman belum ada yang cocok denganku atau lebih tepatnya belum ada waktu dan uang hehehe. Untung saja pada bulan  Oktober, ada sebuah festival musik yang menyajikan konser lintas genre dan ada beberapa musisi yang aku favoritkan tampil di sana. Yap, festival musik itu bernama: Synchronize Fest 2019.

Bersama kawanku, Ayuf Tirtana, kami berdua berangkat di hari ketiga untuk menikmati festival musik di Jakarta. Rasanya sangat bahagia sekali bisa menjadi bagian Synchronize Fest di tahun 2019. Sebagai orang yang sangat menyukai musik, aku memang memiliki impian untuk menjadi musisi. Namun tampaknya aku tidak terlalu pandai dalam membuat band sehingga aku menurunkan impianku menjadi jurnalis musik. Ya setidaknya walaupun tidak berada di atas panggung, bisa berdiri di belakang panggung melihat musisi-musisi favorit di tanah air, secara gratis, tanpa perlu berdesak-desakkan hehe.

Aku sangat menyukai musik dan aku senang bisa melihat pagelaran musik yang terbilang sangat besar pada tahun 2019. 

Pertama Kalinya Menginjakkan Kaki di Tanah Sumatera

Tahun 2019 diakhiri dengan perjalananku menuju ke tanah Sumatera, tepatnya di Palembang. Pertama kali menginjakkan kaki di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II rasaku benar-benar tidak karuan. Keinginanku menjadi travel blogger perlahan-lahan jalannya terbuka seiring dengan berjalannya waktu. Ah, terima kasih Tuhan, terima kasih semesta.

Pada akhirnya aku percaya bahwa apabila kita mau berusaha, maka di situ akan ada jalan yang terbuka. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, apakah hendak dilanjutkan walaupun perlahan-lahan atau berhenti begitu saja dan memendamnya di dalam kuburan impian? 

Untuk yang belum membaca ceritaku selama di Palembang, kamu dapat membacanya Palembang Part 1Palembang Part 2Palembang Part 3

berfoto di Stadion Gelora Sriwijaya

Sekian perjalananku selama di tahun 2019. Tetap berikan yang terbaik di tahun 2020 dan tunggu kejutan-kejutan selanjutnya!

Salam, Adibio

Post a Comment

1 Comments