"Sepertinya asyik kali ya nginep di sekitaran Malioboro. Malemnya bisa santai-santai di pinggir jalan, sembari duduk dan melihat orang-orang berlalu-lalang ke sana kemari. Hmm, ide yang menarik".
Ide itu muncul setelah aku berkutat seharian dengan pekerjaan. Rasanya ide itu harus diwujudkan sesegera mungkin. Akhirnya, tanpa basa-basi, aku mengambil cuti dari Senin sampai Rabu, lalu segera mencari tempat penginapan yang berada di sekitaran Malioboro, dan tentunya dengan budget yang ramah untuk travelling hehe, khususnya bagi solo travelling sepertiku.
Alhasil, setelah mencari-cari di internet, pilihanku jatuh kepada Bobobox Jogja. Hotel kapsul yang berada di sekitaran Malioboro Jogja ini berhasil memikat perhatianku. Selain lokasinya yang tepat di sepanjang jalan Malioboro, aku juga penasaran bagaimana bentuk persisnya hotel kapsul yang satu ini. Pasalnya, sebelumnya aku sudah pernah menginap di hotel kapsul Jakarta yang bernama Hotel Shakti Kapsul Jakarta. Itung-itung ingin melihat seperti apa, sih, perbedaan Capsule Shakti di Jakarta dengan Bobobox.
Setelah menginstal aplikasi Bobobox melalui handphone, aku langsung memesan single pods yang berada di bawah atau earth single karena aku malas untuk naik terlebih dahulu untuk masuk ke pods-nya hehehe. Oh ya, selain menyediakan single pods, Bobobox Jogja juga menyediakan double pods.
Aku memesan untuk dua hari, dari hari Minggu sampai Selasa. Tanpa basa-basi, aku langsung bergegas mempersiapkan diri untuk solo travelling menuju Jogja. Eits, jangan lupa membawa alat-alat seperti hand sanitizer, masker, dan peralatan pribadi lainnya ya di masa pandemi seperti ini. Aku berangkat dari Semarang menggunakan motor. Beruntungnya, cuaca sedang cerah dan bersahabat sehingga aku sangat menikmati perjalanan jauh ini.
Setelah memakan waktu sekitar 3 jam, akhirnya aku sampai juga di Jogja dan langsung menuju ke lokasi Bobobox Jogja Malioboro
Tempat Parkir Kendaraan Pribadi
Dikarenakan Bobobox tepat berada di sepanjang jalan Malioboro, otomatis aku agak sedikit susah untuk mencari tempat parkir. Dan ternyata, dari tanggal 3 November-15 November 2020 Pemda DIY sedang melakukan uji coba manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) di sepanjang jalan Malioboro untuk mendukung pedestrianiasi Maliboro. Dalam artian lain, jalan Malioboro tidak boleh dilewati oleh transportasi umum sama sekali, kecuali transportasi dari DIY, seperti trans Jogja. Becak kayuh dan sepeda kayuh juga masih boleh melintasi jalan Malioboro.
Waduh, terus bagaimana dong ini aku parkirnya?
Ternyata, setelah googling, di sekitaran Jalan Dagen dapat dijadikan tempat parkir bagi siapa saja yang ingin menginap di Bobobox. Karena aku tidak terlalu mengerti jalan Dagen, aku meminta bantuan temanku, Latip, yang kebetulan sedang berada di Jogja untuk menunjukkan arah jalan.
Latip adalah temanku semasa di pondok dahulu. Saat ini ia masih menjadi mahasiswa di UNY. Sebentar lagi dia akan menyelesaikan masa studinya. Doanya, ya, kawan-kawan yang sedang membaca
Jalan Dagen sendiri tepat berada di gang samping Bobobox. Jadi, aku tinggal menaruh motorku di sana, lalu berjalan kaki sebentar menuju ke Bobobox. Nah, untuk tempat parkir yang direkomendasikan oleh petugas Bobobox namanya Dagen Trans. Di sana, aku harus membayar biaya parkir sebesar Rp10.000/hari untuk motor dan Rp50.000/hari untuk mobil.
Pintu Masuk Bobobox Jogja
Pintu masuknya gampang banget buat dicari. Bobobox Jogja ternyata menyatu dengan Jogja Pasaraya. Dari gang Jalan Dagen, aku tinggal berjalan sebentar, dan kemudian menemukan pintu masuk Bobobox Jogja. Wih, benar-benar langsung mengarah ke jalan Malioboro, cuy!
|
Pintu masuk Bobobox Jogja
|
|
Tangga menuju ke tempat resepsionis, ga terlalu capek |
Check-in Dulu
Saat check-in, Bobobox Jogja menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Aku harus memakai masker dan menggunakan hand sanitizer yang sudah dipersiapkan oleh petugas di resepsionis. Saat check-in juga, aku disuruh untuk meng-upload KTP melalui aplikasi Bobobox serta diberitahu peraturan-peraturan lainnya selama di Bobobox. Salah satu yang paling penting adalah adanya quiet hours dari pkl 21.00-07.00 WIB. Jadi, selama waktu itu pengunjung tidak boleh berisik demi kenyamanan bersama.
Uniknya dari Bobobox adalah aku bisa langsung chat kepada petugas yang berada di resepsionis melalui aplikasi Bobobox jika ada keperluan-keperluan. Nah, melalui aplikasi juga, aku diberi kode QR untuk akses masuk ke area pods dan masuk ke kamar pods.
Setelah selesai check-in, aku disuruh untuk mengambil kunci sesuai nomor pods, lalu mengambil sandal yang sudah disediakan oleh Bobobox di loker. Yap, semua pengunjung harus memakai sendal saat masuk area pods.
"Duh, agak males nih pake-lepas sepatu kalo gini", batinku.
|
Kondisi resepsionis, enak banyak kursinya
|
|
Loker untuk ambil sendal, cari nomermu!
|
Nah, setelah melepas sepatu dan memakai sendal Bobobox, aku langsung masuk ke area Pods. Hmm, udah gak sabar, nih!
Masuk ke Area Pods Bobobox
Pas masuk, aku harus menggunakan kode QR dari aplikasi Bobobox.
|
Penampakan pintu masuk dan keluar. Ini diambil dari dalam area pods.
|
Begitu masuk, banyak sekali pods-pods di dalamnya! Aku pun langsung nyari nomor pods 32. Untung saja, Bobobox menyediakan urutan pods dari angka sekian sampai sekian beserta tanda panah untuk memudahkanku mencari pods-ku.
|
Penampakan area pods, ada tempat buat ngobrol-ngobrol!
|
|
Kamar pods-nya, atas bawah
|
|
Mural di sekitaran area pods
|
Masuk pods, lagi-lagi aku harus membuka aplikasi Bobobox, lalu mengarahkan kode QR di tempat yang sudah disediakan. Nah, ini jadi agak merepotkan, sih. Setiap kali aku keluar pods, mau tidak mau harus membawa handphone agar dapat masuk ke pods lagi dengan menggunakan QR. Tapi, tidak terlalu menjadi masalah besar juga, sih.
|
Arahkan kode QR ke sini untuk masuk pods
|
Suasana Kamar Pods
"Waw, enak juga nih ada tempat buat berdiri. Ada kacanya juga lagi! Terus, ada gantungan bajunya juga! Ini, sih, lumayanlah pods-nya" Batinku, saat pertama kali masuk pods.
|
Ngaca dulu, cuy!
|
Meskipun ada tempat buat berdiri dan gantungan kunci, sayangnya Bobobox Jogja tidak menyediakan televisi serta headphone untukku. Yah, mau tidak mau hiburanku di dalam pods cuman YouTube sama Disney Hotstar doang nih.
|
Ini dia kasurnya, nyaman, sih, buat solo traveler. Maap, ya, berantakan hehe |
Ohya, di samping kasur ada kotak pengaturan dan colokan buat nge-charge handphone. Di kotak pengaturan, aku bisa mengubah warna lampu kamar dan light intensity atau intensitas cahaya di kamar. Lalu, ada juga audio pengantar tidur dari kotak tersebut. Kalau di kotaknya, sih, ada dua audio doang, ya, dan aku tidak terlalu tertarik untuk memakainya. Masalahnya, pas dengerin suaranya pun langsung, gitu, gak bisa pakai headphone, wong, tidak ada colokannya.
|
Kotak pengaturan
|
Dari Bobobox, di kamar sudah disediakan sikat gigi, odol, air mineral ukuran kecil, dan juga handuk. Yah, lumayan lah gak usah nyetok alat mandi. Tapi, sangat disarankan bawa sikat gigi sama odol sendiri. Yah, tau sendiri lah sikat gigi sama odol dari hotel seperti apa.
Kamar Mandi
Dari segi kamar, sih, agak mengecewakan, tapi tetap nyaman. Penasaran, aku pun langsung mencoba menyambangi kamar mandinya.
Kamar mandinya bersih dan wangi banget! Shower-nya pun bisa air panas dan dingin. Kamar mandi laki-laki dan perempuan dipisah, ya. Beruntungnya, sih, pods-ku tidak terlalu jauh dari kamar mandi, jadi nyaman-nyaman aja.
Selain shower, ada juga tempat buat buang air besar dan buang air kecil. Terus, sabun dan shampo juga disediain sama Bobobox-nya di kamar mandinya.
Dan yang paling penting, ternyata di Bobobox menyediakan hair dryer! Wah, ini, sih, bener-bener nikmat. Soalnya, aku gak pernah make hair dryer. Pas make pun, nikmat banget. Rambut jadi gak terlalu basah.
|
Mandi santuy
|
|
Tempat buat cuci tangan |
|
Kondisi kamar mandi, sepi
|
|
Ini dia yang paling penting, hair dryer! |
Di kamar mandi pun disediakan sabun untuk cuci tangan dan alat pengering.
Lantai 4: Mushola dan Area Komunal
Bobobox Jogja menyediakan area mushola bagi siapa saja yang ingin melaksanakan ibadah. Mushola-nya sih bersih banget. Terus, area wudhunya juga bersih. Jadi, tidak perlu repot-repot nyari mushola atau masjid di sekitaran Malioboro saat masuk waktu sholat.
Mushola-nya sendiri terletak di lantai 4. Selain mushola, di lantai 4 juga ada tempat untuk cuci piring dan komunal. Nah, di komunal ini, aku biasanya sering menghabiskan waktu sendiri untuk makan dan menikmati pemandangan di sekitaran Bobobox. Yah, meskipun pemandangannya tidak seindah hotel-hotel bintang lima, tapi cukuplah buat menikmati sore hari atau malam hari. Di komunal terdapat banyak sekali kursi dan meja.
"Tempat ini, sih, enak banget buat buka laptop terus nulis-nulis sesuatu". Ungkapku saat pertama kali melihat area komunal.
Di komunal sendiri juga ada mural yang bagus banget dan dikelilingi oleh pot tanaman.
|
Area komunal, cocok buat makan dan ngobrol. Sayangnya, ku solo travelling jadi sendirian sambil berimajinasi
|
|
Mural di komunal
|
|
Pemandangan di lantai 4 Bobobox Jogja
|
|
Pantry
|
|
Mushola Bobobox, bersih, cuy!
|
Balkon di Lantai 2
Serunya dari Bobobox Jogja adalah aku bisa melihat suasana Malioboro dari balkon lantai 2. Dari sini, aku bisa melihat orang berlalu-lalang. Wah, ini, sih, mirip banget kayak ide yang aku cetuskan di awal tadi!
Kalau malam hari, dari balkon lantai 2 terasa banget syahdunya Malioboro. Di tempat ini, aku biasanya mencari ide atau bahkan iseng-iseng aja melihat orang dari atas hehehe. Pokoknya, tempatnya nyaman banget, deh!
|
Pemandangan Malioboro dari balkon, malam hari
|
|
Balkon Bobobox Jogja
|
Harga Bobobox Jogja
Harganya terbilang tidak terlalu mahal. Aku dapet Rp223.000 dua malam. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa langsung download aplikasi Bobobox di Play Store untuk mengetahui harga dan melakukan reservasi kamar pods.
Kesimpulan
Menurutku pribadi, Bobobox Jogja cocok banget bagi kamu solo travelling dan nyari yang low budget. Selain harganya murah, tempatnya strategis banget. Kamu cuman tinggal turun ke bawah, dan eksplor Malioboro sepuasmu! Selain itu, dari sini juga deket, kok, ke tempat wisata lainnya, seperti Taman Sari, Alun-Alun, dan lain-lain.
Kalau kamu bawa kendaraan pribadi, PR yang agak menyusahkan, sih, dari segi parkir, ya. Awalnya, aku bener-bener kewalahan nyari parkir. Untungnya, sih, ada Dagen Trans itu yang udah bekerja sama dengan Bobobox. Tapi, harus bayar Rp10.000 per hari.
Sekian, ya, cerita penginapan dan review-ku mengenai Bobobox Jogja. Senang rasanya bisa mengulas tempat penginapan lagi setelah sekian lama tidak melakukan ini karena adanya pandemi. Apapun itu, bagi kamu yang ingin travelling di masa pandemi tetap patuhi protokol kesehatan, ya! Jangan malas cuci tangan, pakai masker, dan tentu saja selalu jaga jarak. Kita masih dikelilingi oleh virus corona dan belum seutuhnya bebas darinya.
1 Comments
sama-sama gan :)
ReplyDelete