Mengenal Candi Ratu Boko, Tempat Di Mana Bersemayam Kisah Raksasa Pemakan Manusia

Selama hampir satu tahun lebih menjalani WFH (work from home), perasaan benar-benar kalang kabut. Tak ada tujuan dan tak ada harapan yang muncul bak rembulan yang sinarnya benderang di langit malam. Hendak menuliskan sesuatu, ujung-ujungnya hanya melamun tak ada aksara yang mampir di kertas kosong. Didasari hal tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk melangkahkan kaki ke Jogja. Barangkali di kota yang istimewa tersebut aku kembali menemukan secercah harapan; semerbak harum kabut di tengah-tengah padang savana yang luas.

Jalan Kaliurang di area atas jadi pilihanku untuk menetap sementara. Tinggal di bawah kaki gunung Merapi memberikanku suasana yang sejuk nan syahdu. Sawah-sawah hijau menyegarkan otak dan mataku, udara segar pegunungan yang memanjakan badanku, tak lupa juga kadang-kadang sang Merapi menampakkan kegagahannya di depanku. Pikirku, semoga ini akan menjadi langkah awal untuk terus merangkai impian yang sempat hancur berantakan.

Sesampainya di Jogja, pikiranku sudah travelling ke mana-mana (bukan yang nggak-nggak, lho, ya). Maksudnya, raga ini ingin sekali menapaki destinasi demi destinasi yang berada di kota gudeg ini. Alhasil, destinasi awal yang ingin aku tuju adalah kawasan Ratu Boko yang terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut.

Kebetulan sekali, salah satu kawanku yang bernama Latip sedang menetap di Jogja. Tanpa basa-basi, aku pun turut mengajaknya untuk mulai melangkahkan kaki ke candi Ratu Boko.

Perjalanan Menuju Candi Ratu Boko

Cuaca yang agak sedikit mendung tak menyurutkan niat kami untuk segera menuju candi Ratu Boko. Dengan mengendarai sepeda motor, kami memulai perjalanan dari Jl. Kaliurang Km 7. Sebelum jalan, rasanya tidak afdhol kalau belum mengisi perut terlebih dahulu. Warteg pun jadi sasaran kami untuk memenuhi hasrat pangan. 

Setelah selesai makan, kami bergegas menyalakan mesin motor, lalu melintasi Ring Road Utara. Ya, ini adalah salah satu jalur yang harus kami tempuh untuk menuju candi Ratu Boko. Setelah itu, baru kami menapaki Jl. Solo Yogyakarta. Dari segi lokasi, candi Ratu Boko ini tidak begitu jauh dengan candi Prambanan dan candi Ijo. 

Harga Tiket Masuk (HTM) Candi Ratu Boko

Pertama kali masuk kawasan Ratu Boko, tempatnya memang sudah diatur sedemikian rupa. Ada restoran, gelato, mushola, dan tentunya parkir motor dan mobil yang luas. Sebelumnya, aku sudah searching di Google mengenai HTM. Ya, rasanya untuk harga Rp40.000 dengan fasilitas seperti ini tidak sia-sia lah. Dan benar saja, saat aku menuju loket, aku harus merogoh uang sebesar Rp40.000 per orang. 

Naasnya, setelah beli tiket ternyata cuaca berkata lain. Kabut dan gerimis seolah-olah menjadi perpaduan yang syahdu kala itu. Akan tetapi, aku kan ingin jalan-jalan keliling Ratu Boko, tapi kok malah begini cuacanya :(. Setelah menunggu hampir 30 menitan, untung saja gerimis berhenti. Aku pun lanjut menuju ke kawasan candinya.

Masuk ke Kawasan Candi Ratu Boko

Jalan utama menuju candi

Waktu beli tiket tadi aku dan Latip dapat karcis yang di dalamnya terdapat QR barcode. Sebelum masuk, kami diharuskan untuk men-scan barcode tersebut supaya bisa masuk. Pertama kali masuk, aku diharuskan untuk menaiki tangga terlebih dahulu. Setelah itu, hamparan luas taman-taman di kawasan candi Ratu Boko benar-benar memanjakan mata.

"Wah, ini, sih, cocok banget buat dijadiin tempat piknik bersama keluarga, tip" ucapku kepada Latip

salah satu rombongan yang piknik

Mendung dan kabut pada dasarnya adalah awal permulaan perjalanan yang mungkin terasa cukup menyedihkan. Akan tetapi, setelah itu aku mendapatkan cuaca yang sangat bagus. Bagaimana tidak, dari sini aku berhasil menemukan candi Prambanan yang berada di bawah.

candi Prambanan terlihat sedikit


Dikarenakan sedang masa pandemi, di tengah-tengah jalan sebelum masuk ke kawasan candi pun terdapat tagar dengan tulisan #CovidSafe.


#CovidSafe di area candi Ratu Boko



Tulisan keraton ratu boko

Ternyata, untuk masuk ke kawasan candinya lumayan jauh, ya, jalannya. Aku yang sudah lama nggak jalan-jalan berasa udah pegel banget punggung hahaha. Tapi, jalannya, sih, emang bener-bener nggak berasa karena disuguhin pemandangan yang memikat mata. Sebelum masuk candi, aku sangat tertegun dengan gapura tiga pintu yang berjejer di depan bak pintu utama. Yah, tempat ini emang jadi salah satu spot andalan wisatawan untuk foto-foto dan di-upload di media sosial. Jadi, buat foto di sini kudu antri dulu hahaha.

Spot foto andalan wisatawan

Nggak nyangka banget, ternyata kawasannya bener-benar luas, asli! Aku ngiranya cuman satu petak kotak doang dan tiga gapura itu. Eh, malah taman luas banget! Terus, di pojok kiri ada kayak candi kecil gitu. Kalau naik ke atas bisa liat-liat betapa luasnya kawasan candi Ratu Boko. Terus, kalau di pojok kiri ada spot foto yang menurutku sangat unik. Jadi, ada dua pohon besar gitu terus di tengah-tengahnya ada beberapa bangku. Wih, di situ, sih, kayaknya jadi foto yang cukup bagus. Tanpa basa-basi lagi, aku dan Latip menuju area situ buat foto-foto.

Pohon yang dimaksud

Foto ala-ala

Capek juga, nih, keliling kawasan candi Ratu Boko. Pasalnya, bener-benar luas banget, cuy! Banyak tempat yang harus dieksplor buat dijadiin spot foto. Sebenarnya, spot foto yang cukup bagus tuh di tapak jalan candi. Kayaknya, hampir semua candi punya setapak jalan ini, sih. Dan, ga tau kenapa, aku cukup kagum dengan hal tersebut hahaha. Makanya, foto-foto di sini dulu bentar.

Foto dulu

Asli, kirain ini, tuh, cuman kotak dengan taman yang luas. Eh, ternyata kalau jalan lagi ke arah pojok kanan itu masih ada area kawasan candi Ratu Bokonya. Dan, ternyata daerah situ, tuh, yang dijadiin tempat shooting film AADC 2 yang di mana Rangga dan Cinta sedang ngobrol mengenai nyoblos atau tidak pas pemilu. Kalau dilihat-lihat, sih, romantis juga, ya, gerimis-gerimis jalan di kawasan Ratu Boko gitu.





kawasan candi yang kedua

Nah, harusnya, tuh, bisa masuk goa dan turun ke area yang ada kolamnya. Tetapi, karena masa pandemi pihak dari candi Ratu Boko memutuskan untuk membatasi area pengunjung. Padahal, lumayan juga, sih, kalau bisa masuk goanya. Penasaran aja, gitu.

Ini dia kolam yang dimaksud


Sejarah Candi Ratu Boko

Setiap kali mengunjungi destinasi wisata candi seperti ini, aku cukup penasaran terkait sejarahnya. Setelah ditelusuri, rupanya sejarah dari candi Ratu Boko sangat menarik. Baca-baca dari Historia.id, konon dulu terdapat raksasa pemakan manusia yang bernama Prabu Boko. Dipercaya, Prabu Boko ini jadi penguasa Keraton Ratu Boko di Yogyakarta. Setiap harinya, ia selalu mengirim prajurit untuk mencari manusia yang nantinya akan dimakan. Nah, kalau si prajuritnya nggak nemu manusia, maka prajuritnya lah yang akan dimakan oleh Prabu Boko. 

Akan tetapi, kerjaan tetangga mengirimkan putranya, Bandung Bondowoso untuk mengalahkan Prabu Boko. Pertempuran terjadi selama sepuluh hari. Alhasil, Prabu Boko kalah di tangan Bandung Bondowoso. Nah, ternyata legenda ini juga diceritakan oleh Kepala Unit Situs Ratu Boko, Tri Hartini. Masih lewat Historia.id, ia bercerita kalau situs Ratu Boko adalah Keraton Prabu Boko. Prabu Boko sendiri adalah ayah dari Roro Jonggrang.

Nah, suatu hari Bandung Bondowoso menawarkan pinangan kepada Roro Jonggrang. Akan tetapi, Roro Jonggrang menolaknya karena Bandung Bondowoso telah membunuh ayahnya. Roro Jonggrang pun mengutus Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu semalam.

Namun, ternyata legenda tersebut tidak bisa dibenarkan secara ilmiah, kata Andi Riana, arkeolog BPCB DIY lewat Historia.id. 

Kisah yang lain menyebutkan kalau Ratu Boko sebenarnya bukanlah keraton. Masih dari Historia.id, menurut Veronique Degroot, situs Ratu Boko diduga adalah istana kerajaan karena tak adanya struktur candi seperti pada umumnya. Bahkan, sudah banyak sekali sangkaan kalau Ratu Boko bukanlah keraton, salah satunya dari filolog Belanda, J.L.A Brandes. Menurut beliau, situs tersebut adalah gua pertapaan yang luas dengan kuil-kuil yang berkaitan.

Bahkan, aku baca dari sejarahlengkap.com, candi Ratu Boko adalah Prasasti Abhayagiri Wihara tahun 792 atau abad ke-8. 

Demikian cerita perjalananku kali ini menelusuri megahnya candi Ratu Boko. Sungguh senang rasanya bisa jalan-jalan lagi dan berbagi cerita lewat blog ini. Sampai bertemu lagi di perjalanan selanjutnya, ya!

Post a Comment

1 Comments

  1. Candi Ratu Boko menurutku lebih terasa kesakralannya.. apalagi berada di pinggir lubang api persembahannya, yang katanya dipakai untuk persembahan... agak-agak gimana gitu

    ReplyDelete